Thursday 11 February 2016

Reog Cahaya Budaya Road To Bali

Penulis: Ebin

Kesempatan ke pulau Bali seolah sudah tertutup, karena sewaktu SMP dan SMA rekreasi saya selalu ke Jogja. Padahal kesempatan terbesar jika ingin kesana hanya saat duduk dibangku SMP atau SMA. Study tour tentunya. Tapi hingga lulus SMA saya masih terlalu sering melihat Bali hanya di FTV. Tak apalah mungkin dengan melihat di TV akan mengurangi keinginan saya. 
            Entah mimpi apa malam itu, Senin tanggal 18 januari 2015 ketua reyog Cahaya budaya (mas Pris) mendapat kabar dari mas Fahmi bahwa akan digelar pentas reyog di Denpasar, dan membutuhkan penari bujangganong dua serta penari klono untuk bermain di Bali. Dengan ini mas Pris menunjuk Fajar dan Haris. Akan tetapi Haris nggak bisa ikut karena ada kepentingan pribadi, dan akhirnya diganti dengan Fonky. Meskipun bukan penari, saya kebagian jadi pengendang dan akhirnya bisa ikut ke Bali , yeyeeeee.
Dirasa persiapan sudah cukup, satu hari menjelang keberangkatan kami memilih bus Gunung Harta sebagi partner ke Denpasar. Kita berangkat ke Denpasar sekitar pukul 1.30 Kami menunggu bus Gunung Harta di halte Ngunut. Singkat cerita. Sesampai di Malang bus yang kami naiki berhenti untuk istirahat di pos peristirahatan Gunung Harta.



Selama ini saya hanya sebatas mendengar nama paiton. Banyak orang yang bilang bahwa Paiton jika malam hari bagaikan lautan lampu. Benar saja ketika bus yang kami naiki melawati sebuah jalan yang agak meninggi. Seketika itu saya melihat banyak hamparan lampu dari dalam bus. Saya kagum melihatnya, ribuan lampu kuning yang jumlahnya ribuan memanjakan mata kami. Ternyata Itulah Paiton. Setelah beberapa jam kemudian sayapun tertidur pulas. 
Satu jam sudah kita sudah berada dikapal berarti kami segera menginjakkan kaki di pulau dewata tersebut. akhirnya kami sampai ke Pulau Bali, iya Bali yang selama ini hanya mimpi. yeeee.... telah sampai di pelabuhan gilimanuk pukul 4.00 WITA. Bus pun bersiap untuk keluar dari kapal, akan tetapi sebelum meninggalkan pelabuhan ada pemeriksaan dari petugas keamanan pelabuhan untuk memastikan keamanan sebelum masuk ke Bali. 
Begitu sampai terminal Ubung, sambil menunggu mas Fahmi kami sempatkan ngopi sebentar. Hingga jemputanpun datang. Oke, kami siap melanjutkan perjalanan ke kost mas Fahmi untuk beristirahat, karena di sore hari kami harus latihan bersama.
Sorenya Seusai latihan kami diajak mas kemek jalan jalan melihat kota Denpasar. Kami bersiap siap untuk menikmati malam minggu di Bali. Ternyata suasana disana ramai, banyak wisatawan lokal maupun asing. Mengingat keesokan harinya kami akan pentas reyog ponorogo, dan masih banyak agenda lain,mak kami memutuskan untuk segera mengistirahatkan diri.

Keesokan harinya kamipun bangun tidur lalu bergegas untuk mandi karena akan pergi ke Monumen bajra sandhi Renon melihat car free day. Sesampai disana saya melihat banyak orang yang sedang berkegiatan. Mulai dari jogging, senam, berfoto, sepakbola, basket hingga orang berpacaran sedang bergandengan tangan. Ah..saya jadi iri saja melihatnya. Setelah cukup puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan ke Kontrakan mas Jojo, salah satu kawan dari mas Pris dan mas Fahmi.
Sesampai disalah satu Perumnas tempat mas Jojo tinggal, kami berbincang-bincang sambil sarapan tentunya. Begitu sarapan selesai dan sak udutan, perjalananpun berlanjut, Nusa dua, sip, kali ini tambah mas Jojo dan istrinya. Tak terasa kami pun tiba di Nusa dua. Sempat kebingungan ketika akan menuju kepantai dan bertanya kepada petugas keamanan. Mondar mandir, bolak balik kok gak ketemu ya..dalam hati wong yang rumahnya Bali aja bingung apa lagi fajar. Istri mas jojo tak sengaja membaca tulisan Nusa dua beach (menunjukkan arah). Kami akhirnya sampai dipantai. Waktu akan turun dari mobil sendal saya Nyantol pintu mobil yang membuatnya putus. Terpaksa Nyeker.g papa toh nyeker gak dilarang dan show must go on, melihat lihat indahnya pantai Nusa dua Bali yang sebelumnya hanya bisa lihat di Tv. Memang keren Bali ini. 

Sebenarnya dimanapun tempatnya yang namanya pantai ya begitu saja. Tulungagung punya kok pantai semacam Nusa Dua, Pantai Sanggar mungkin. Tapi bukan Bali namanya jika obyek wisatanya nggak dikelola dengan baik. Memang Bali gak ada matinya. Setelah kami capek menyusuri sepanjang pantai akhirnya istirahat dibawah pohon. Ketika berada dibawah pohon yang rimbun mas jojo, mas pris,mas kemek bercerita ketika semasa kuliah dulu. Semacam romantisme masa lalu. Dirasa campeknya hilang kami melanjutkan perjalanan menuju water blow. Mas kemek bilang mater blow ini adalah ombak laut yang menghantam karang lalu muncrat keatas. Namun sayang pada saat saya berada disana nggak sekalipun melihatnya. Mungkin ombaknya lagi malu. Yaa sudahlah kemudian hanya bisa berfoto foto saja.Tak terasa waktu semakin siang. Kami harus segera pulang mengingat sorenya saya, fonky, fajar, mas kemek dan mas pris akan tampil reyog ponorogo di taman kota Denpasar.
Sebelum menuju tempat pertunjukan, mas Jojo mengajak untuk makan siang. Kami telah sampai salah satu dirumah makan di Denpasar. Istri mas jojo lalu memesan menu hidangan siang itu. Sebelum pulang ke kost terlebih dahulu menghantarkan mas jojo pulang kerumahnya. kami munuju kost. Tanpa istirahat saya, fajar, fonky disuruh mas pris untuk langsung membereskan tempat tidur dan berkemas kemas mengingat malam ini kita pulang. Dengan agak tergesa gesa kami langsung menuju ke Taman kota Denpasar. Sesampai disana ternyata masih sepi hanya ada beberapa orang yang mengenakan kaos reyog.

Selang beberapa menit peralatan reyog datang disusul para pemainnya. Dirasa persiapan sudah selesai, pementasanpun dimulai. Diawali dengan tari dadak merak, disusul penari jathil obyok lalu tari warok kemudian tari bujangganong. Penampilan fajar dan fonky sebagai penari bujangganong. Sebelum berangkat ke Bali kami berempat sudah mempersiapkan konsep untuk pementasan tersebut. Dengan mengosep mereka sebagai lawak. Konsep yang dibawakan adalah menjadikan fajar sebagai anak yang lucu, menggemaskan dan kemlelet sedangkan fonky penyeimbang kekonyolan fajar. Nampaknya konsep kami berhasil nyatanya banyak orang tertawa ketika fonky dan fajar perform. Sekitar tiga puluh menit mereka menghibur penonton yang saat itu memenuhi pelataran taman kota Denpasar. Tak terasa kita sudah dipenghujung acara. Alhamdulilah pentas kami di Bali sukses.Setelah pementasan kami harus segera menuju ke terminal Ubung untuk pulang. Mas pris, saya, fajar,fonky bersalam dengan pawargo yang ada disana. Ada mas saipul, pak slamet, mas yunus dan beberapa orang lainnya. Lalu kamipun berpamitan untuk pulang. Fonky dan fajar lalu ganti baju didalam mobil. Tak langsung menuju terminal maka mas kemek pun mengajak ke Erlangga untuk belanja.

Memang tempat ini bagus untuk berfoto karena sebelum masuk keruangan anda akan disuguhkan dengan segala pernak pernik yang berkaitan dengan kebudayaan Bali. Foto dulu biar kelihatan kalau lagi di Bali. Lalu kami berlima masuk ke ruangan belanja tersebut untuk membeli baju. Saya pun langsung terpencar dengan temen teman yang sibuk memilih baju dan celana, entah untuk siapa ?. Mas pris tak banyak memilih baju dia langsung keluar dan menunggu didepan bersama mas kemek. Setelah selesai memilih baju kami bertiga berkumpul dikasir. "450 ribu semuanya mas" kata si kasir. Tiba tiba saya kaget ketika mencari dompet disaku nggak ada. Dengan agak kebingungan kami bertiga sepakat jika uang untuk membayar belanjaan uang dengan patungan. Diluar smalayan saya masih kebingungan, dan kamipun mencarinya. Akhirnya fonky yang menemukan dompet didalam mobil, di sak jaket warna hitam.
Lalu kamipun menuju terminal Ubung. Sebelum masuk terminal mas kemek mengajak untuk makan di depan terminal. Tak banyak waktu untuk makan, langsung saja sayapun bersalaman dengan mas kemek disusul mas pris, fajar dan fonky. "Matur suwun lo yo..ojo kapok dolan rene" kata mas kemek kepada kami berempat. "Iya mas, pasti ndak kapok" jawabku. Lalu kami berjalan kedalam terminal. Rencananya mas pris nggak langsung bertolak ke Tulungagung tapi mampir ke Jember tempat kuliahnya dulu untuk bertemu beberapa orang, mas Sholeh misal. Mas sholeh adalah temen seperjuangan mas pris di reog Unej "Sardulo anorogo". Mas pris ditemani fajar. Sayapun juga mapir Banyuwangi tempat ayah bekerja. Setelah agak lama bus pun mulai beranjak meninggalkan terminal Ubung. Singkat cerita, tiba tiba ditengah perjalanan bus pun diberhentikan oleh beberapa polisi yang membertahu jika kita gak bisa menuju pelabuhan Gilimanuk, karena ada jembatan

Lantas sopir bus pun kebingungan. Sebenarnya bisa saja untuk sampai di pelabuhan gilimanuk namun kita harus putar balik lewat Singaraja. Tetapi jika harus putar balik lewat Singaraja maka butuh waktu 4 jam untuk bisa di pelabuhan. Akhirnya sopir bus pun memutuskan untuk putar balik mengingat waktu semakin pagi. Dengan perjanjian satu orang dikenakan biaya tambahan untuk membeli solar 20rb, kamipun sepakat. Akhirnya bus putar balik. Ditengah perjalanan menuju Singaraja tiba tiba permasalahan datang kembali. Yaitu jalan untuk menuju kesana juga ditutup. Entah kenapa ? Waktu itu saya bangun tidur di bus. Setelah bus itu berhenti sangat lama, sopir bus pun memilih jalan alternatif menuju ke Gilimanuk. Malam itu sekitar pukul 1.00 bus melewati persawahan yang sangat gelap. Sayapun mencoba untuk tidur dan berhasil. Tak terasa bus sudah berada di pelabuhan gilimanuk dan bersiap untuk naik ke kapal. Seusai bus terparkir di dec kapal, saya,mas pris,fonky dan fajar langsung naik ditangga kapal untuk duduk diatas. Selang beberapa menit kami tiba di pelabuhan ketapang.

Saya ditemani fonky akhirnya turun di pom genteng (pkl 4.26 pagi) dan mas apris melanjutkan perjalanan menuju Jember bersama fajar. Lalu saya mencoba menghubungi ayah ternyata gagal. Semakin menambah bingung saja. Kemudian mencoba menghubungi nomer yang satunya ternyata bisa. Akhirnya ayah akan menjemput kami berdua. Tak berselang lama ayah datang. Saya menjabat tangannya. Seketika itu aku sempat meneteskan air mata karena sudah tiga bulan ini belum bertemu beliau. Sejak berada di Banyuwangi. Mungkin rasa kangen nggak bisa dibendung lagi. Disana kami istirahat untuk mengobati rasa capek karena semalam naik bus. Ayah menanyakan kabar saya dan sebaliknya. Setelah ngobrol panjang lebar ayah menyuruh kami untuk tidur. Akhirnya tidur. Kami terbangun pukul 12 siang. Lalu langsung bertanya kepada saya "mulih kapan?". "Paling mengko sore yah" jawabku. Sebenarnya saya ingin pulang keesokan harinya naik kereta. Namun mas eko keburu berkata yang intinya kalau kereta disini gak seperti di Tulungagung' yang setiap hari ada untuk menuju ke Tulungagung. Agak sedikit kecewa sebenarnya tapi mau gimana lagi saya dirumah memiliki tanggungjawab menjaga warung. Hamper 5 hari meninggalkan rumah.

Akhrinya sayapun memutuskan untuk pulang setelah maghrib. Sebelum pulang ayahpun mengajakku untuk berbelanja disebuah mall yang ada di genteng. Dengan naik sepeda motor. Disana saya memilih baju dan celana. Dirasa belanjaan sudah cukup kami beranjak pulang. Ditengah jalan ayah bertanya "gak pengen oleh oleh" tanya ayah."Pengen yah" jawabku. Lalu ayah mampir di pusat oleh oleh khas banyuwangi. Satu persatu saya mengambil oleh oleh tersebut. Lalu kamipun segera menuju kerumah mengingat waktu hampir sore. Seusai itu kami menunggu bus dihalaman rumah, karena depan rumah adalah jalur bus. Saya dan fonky menunggu kiranya tiga puluh menit bus Harapan baru tersebut datang. Saya berpamitan ayah dan mas eko. Lagi lagi saya menitikan air mata karena harus perpisah dengan ayah. Kami berdua naik bus harapan baru yang melaju sangat kencang. Tak terasa matahari mulai menanmpakkan sinarnya dan akhirnya kami sampai juga di Tulungagung. 




1 comment: